Keindahan Pesta Budaya Ala Sheila & Keo
Cerita Tuhan memang tak bisa diterka. Siapa sangka niat baik menemani sang mama, mempertemukan Sheila dengan belahan jiwanya.
Cerita Tuhan memang tak bisa diterka. Siapa sangka niat baik menemani sang mama, mempertemukan Sheila dengan belahan jiwanya.
Meski sempat berbincang santai, namun tak ada yang istimewa pada pertemuan pertama Sheila Suhaeli Kalla (Sheila) dan Aditya Praristama Santoso (Keo), yang berlangsung saat perayaan ulang tahun mama Keo. Selain karena masih memiliki pasangan, keduanya juga harus kembali melanjutkan studi. Sheila kembali ke Brisbane, Australia, sedang Keo ke San Fransisco, Amerika. Sekembalinya dari Brisbane, Sheila melanjutkan studi ke Art Institute di San Fransisco bersama sang kakak yang mengambil program MBA. Pertemuan dengan Keo pun kembali terjadi, hingga akhirnya keduanya putus dari pasangan masing-masing, dan menjalin hubungan berdua.
Tiga tahun menjalin kasih, membuat Sheila dan Keo semakin mengenal pribadi masing-masing. Keo yang humoris selalu berhasil menceriakan suasana, berbanding lurus dengan Sheila yang supportive dan mampu menyemangati. Bukan hanya itu, hobi masak Sheila pun tersalurkan dengan adanya Keo yang hobi makan. Hingga akhirnya,keduanya memutuskan untuk melanjutkan hubungan yang telah terbina ke arah yang lebih serius lagi. Senyum Sheila pun terkembang di wajah cantiknya, mengingat kisahnya dengan Keo.
Perjalanan menuju hari istimewa Sheila dan Keo pun kian dekat. Didukung oleh keluarga yang dengan senang hati membantu, serta profesionalisme dari tim wedding organizer Emil MKE, persiapan pernikahan serasa menyenangkan. Kedua keluarga yang memang sebelumnya telah saling kenal pun semakin dekat lagi satu sama lain.
Percampuran budaya yang mengalir di dalam darah Sheila dan Keo, dimana perpaduan Bugis dan Betawi mengalir dalam darah Sheila, sementara Keo merupakan campuran antara Jawa Timur, Minang, dan Batak, membuat keduanya memutuskan untuk menghelat sebuah pernikahan yang kental dengan tradisi. Dimulai dari prosesi Minang yang dilakukan Keo sebelum pernikahan seperti siraman, malapeh bujang (upacara melepas bujang), serta pengajian. Sementara Sheila memilih menggelar pengajian sederhana, yang dilanjutkan dengan siraman dalam adat Bugis, macceko atau menggunting rambut halus di sekitar dahi, serta suapan untuk calon mempelai oleh kedua orang tua. Pada malam di hari yang sama, dilaksanakan prosesi mappaci di kediaman Sheila, yang artinya memberikan daun pacci/daun pacar ke tangan calon mempelai wanita, yang bermakna doa agar kelak memiliki keluarga bahagia seperti para pemberi daun pacci.
Tradisi Jawa Timur dan Betawi berpadu pada upacara akad nikah yang berlangsung di kediaman Sheila. Palang pintu sebagai prosesi khas Betawi pun menyambut kehadiran Keo, dilanjutkan dengan suara gamelan khas Jawa Timur mengiringi langkah Keo memasuki rumah. Berbalut kebaya putih kutubaru kreasi Eddy Betty, Sheila terlihat begitu cantik ketika akhirnya bersanding dengan Keo dalam balutan beskap putih. Suasana haru mengiringi ijab kabul, sebelum akhirnya kedua pengantin menjalani prosesi sungkeman dan bubak kawah, sebuah prosesi adat Jawa yang digelar saat menikahkan anak terakhir. Acara pun berakhir meriah setelah Sheila dan Keo berganti dengan busana Betawi dan menari gambus bersama orang tua, keluarga, juga tamu yang hadir.
Rumah panggung ala desa Bone, Makassar, menjadi penanda digelarnya resepsi pernikahan bertema Bugis Makassar Sheila dan Keo. Pekarangan yang rimbun dengan ragam tanaman dilengkapi burung, bebek, juga kura-kura, mewakili kecintaan Keo kepada binatang. Raut bahagia terpancar di wajah ayu Sheila yang berbalut baju bodo warna merah cerah yang begitu cantik dengan aplikasi beads dan embroidery kreasi Biyan, bersanding dengan Keo yang mengenakan beskap hitam berpadu sarung sutra yang dipesan khusus oleh Sheila kepada pengrajin kota Sengkang. Dan untuk menghormati mama Keo yang berasal dari Batak, dilaksanakan mangulosi sebelum resepsi pernikahan dimulai. Sebuah perpaduan yang menghasilkan pesta budaya yang luar biasa cantik telah dirancang oleh Sheila dan Keo dan akan terkenang sepanjang perjalanan hidup keduanya.