Kegigihan Cinta Berlabuh di Singgasana Ala Yogyakarta
Kegigihan kerap membuahkan hasil. Kegigihan pula yang membuat Ongko berhasil menaklukan hati Ika
Kegigihan kerap membuahkan hasil. Kegigihan pula yang membuat Ongko berhasil menaklukan hati Ika. Setelah upaya perjodohan teman yang tanpa hasil, Ongko bergerilya mendekati Ika melalui facebook, BBM, telepon, hingga akhirnya melakukan kencan pertama di sebuah resto dekat rumah Ika di BSD. Tersasar-sasar pun dilakoni Ongko demi bertatap muka dengan pujaan hati. Akhirnya, 28 April 2011 menjadi tanggal bersejarah ketika Ongko menelepon Ika jam 2 malam, dan menyatakan keseriusannya untuk menjalin hubungan.
Hubungan jarak jauh pun mereka jalani selama 2,5 tahun, mengingat Ika tengah menjalani kuliah di Universitas Padjadjaran, Jatinangor, sementara Ongko di Universitas Indonesia, Depok. Beruntung di era teknologi ini, segala bentuk social media, online chat, juga video call membantu mendekatkan keduanya, menyingkirkan kerikil-kerikil yang mengganggu di perjalanan.
Kesederhanaan menjadi kata kunci. Sifat sederhana Ongko dan Ika bagai lem yang merekatkan keduanya. Juga kasih sayang Ongko yang begitu besar kepada ibunda, yang menambah kekaguman Ika kepada Ongko. Dan pada Desember 2014, keduanya memutuskan untuk meningkatkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.
Dengan kedua pihak orang tua berasal dari Magelang yang secara geografis dan budaya dekat dengan Yogyakarta, maka pernikahan adat Yogyakarta pun menjadi pilihan. Akad nikah yang mengharukan dilangsungkan di kediaman Ika. Segala konflik yang sempat terjadi antara Ika dan ibunda selama persiapan pernikahan membuat suasana kian mengharu biru. Rangkaian prosesi panggih digelar setelahnya, dengan prosesi bubak kawah salah satunya. Adik Ika yang bertugas membawa bubak kawah berjoget-joget kocak, memancing tawa setiap tamu. Dan keesokan harinya, berbalut kebaya beludru hitam yang begitu klasik, Ika pun tampil bak putri yang begitu anggun berdamping sang suami, diantara dekorasi bernuansa merah keemasan.